Rabu, 11 Juli 2012

Perencanaan Biaya Kesehatan dalam Keluarga

Oleh : Dr.Titik Kuntari MPH






TIDAK ada satu orang-pun yang ingin sakit. Dan kesehatan itu, harganya sangat mahal. Oleh karena itu, jika kita sampai saat ini masih diberikan kesehatan maka kita wajib bersyukur dengan nikmat dan karunia Tuhan tersebut. Prinsip dalam kesehatan, tentu masih sama bahwa mencegah datangnya penyakit jauh lebih murah daripada mengobati penyakit itu sendiri. Untuk itu, mari kita jaga kesehatan diri kita dengan sebaik-baiknya. Caranya…? Banyak sekali, misal dengan berolahraga secara teratur, istirahat dengan jumlah yang cukup, makan-makanan yang bergizi (jika usia anda sudah melewati 35 tahun, ada baiknya untuk mulai mengurangi m akanan yang mengandung kolesterol tinggi), makan buah dan sayuran secara teratur (sebagai anti-oksidan untuk mencegah penyakit jantung dll), minum air putih yang banyak dan selalu berfikir positif.

Oleh karena itu, kita semua membutuhkan pengetahuan tentang metode pengelolaan keuangan biaya kesehatan yang baik. Di luar negeri, umumnya masyarakatnya sudah secara sadar mengasuransikan kesehatan keluarganya. Dan dokter-dokter keluarga yang secara intensif memberikan pelayanan jasa kesehatan langsung dibayar oleh pihak asuransi kesehatan. Untuk keluarga yang tidak mampu, pemerintah mereka juga menyediakan asuransi kesehatan. Di negara kita, untuk keluarga miskin juga sudah ditanggung biaya kesehatannya melalui program JAMKESMAS/ ASKESKIN. Sekarang tinggal bagaimana program ini dapat disosialisasikan dengan sebaik-baiknya oleh perangkat yang ada hingga ke level yang paling bawah (RT). Semua pihak tentu berharap agar program ini benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat yang tidak mampu. Artinya, pemerintah harus terus menerus melakukan kontrol terhadap mekanisme pendataan dan pelaksanaan program ini agar jangan sampai terjadi salah sasaran sehingga yang tidak berhak (masuk klasifikasi mampu – namun tetap didaftarkan karena berbagai alasan, seperti bersaudara dengan pengurus RT, pedukuhan dll) justru ikut menerima program bantuan kesehatan ini sementara yang tidak mampu karena kurangnya informasi atau ketidaktahuan akhirnya justru tidak dapat menikmati program ini.


Jika masyarakat yang masuk ke dalam klasifikasi tidak mampu mendapatkan bantuan biaya kesehatan gratis, maka pertanyaannya – bagaimana dengan klasifikasi keluaga yang menengah (tingkat kemampuannya)…? Jika kita tidak termasuk ke dalam kelompok yang ditanggung tadi, maka mau tidak mau kita berkewajiban untuk melakukan berbagai mekanisme perencanaan keuangan jika mengalami situasi di mana ada anggota keluarga kita yang sakit dan membutuhkan biaya pengobatan. Besar ataupun kecil, biaya kesehatan tentu harus diatur sedemikian mungkin agar tidak mengganggu program keluarga lainnya (biaya pendidikan, perumahan, makan-minum, bayar listrik, anggaran bermasyarakat, sumbangan dll).


Dan yang paling ideal, menabung untuk biaya kesehatan keluarga dapat dilakukan dengan membuatkan rekening yang terpisah dengan tabungan lainnya atau sekaligus ikut serta dalam asuransi kesehatan swasta, tentu saja besaran premi disesuaikan dengan kondisi keuangan. Sehingga, ketika kita memang harus menggunakan uang tersebut – tidak ada perasaan rugi, karena memang direncanakan untuk kesehatan. Jika menabung untuk biaya kesehatan keluarga sudah dilakukan, jangan lupa bahwa ada salah satu investasi kesehatan yang juga sangat berarti yakni memeriksakan kesehatan keluarga secara berkala untuk mengetahui. Sebagian masyarakat kita belum cukup akrab dengan cek laboratorium ini karena masih ada anggapan bahwa pemeriksaan kesehatan itu dilakukan ketika sakit. Padahal pengecekan kesehatan secara berkala ini sangat penting dilakukan untuk deteksi dini penyakit- penyakit tertentu sehingga selanjutnya bisa segera dilakukan penanganan. Namun terlepas dari itu semua, kembali perlu ditekankan bahwa pencegahan itu lebih utama dari pengobatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Beri Saran dan Komentar ya Kawan...